Jumat, 27 Juli 2012

MEMAYU HAYUNING BAWONO (SUATU CONTOH AJARAN KEPEMIMPINAN)



Oleh : KPH. H. Anglingkusumo

Pada masa sekarang ini, seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang mempunyai pola kepemimpinan yang memiliki jiwa Pancasila. Maksudnya kepemimpinan yang memiliki jiwa pancasila,memiliki wibawa dan daya atau kemampuan untuk membawa serta memimpin masyarakat berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Seorang pemimpin haruslah dapat bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun dan membimbing orang-orang yang di pimpinnya. Dengan perkataan lain, beberapa prinsip utama dari kepemimpinan Pancasila adalah :
  1. Ing ngarsa sung tulodo yang berarti seorang pemimpin harus mampu baik lewat sikap dan perhatiannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan orang-orang yang dipimpinnya.
  2. Ing madya mangun karsa yang berarti bahwa seorang pemimpin harus mampu memdorong / membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya.
  3. Tut wuri handayani yang berarti bahwa seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang dipimpinnya agar berani berjalan atau tampil kedepan dan sanggup bertanggung jawab.
Dalam dunia pewayanganpun ada beberapa ajaran kepemimpinan atau disebut juga “Ajaran Utama Alamiah“. Ada 8 buah ajaran kepemimpinan ini dan oleh karenanya disebut dengan “Hasta Brata”. Hastabrata adalah salah satu terjemahan dari ajaran Memayu Hayuning Buwono. Menurut buku kamus KAWI-JAWA tulisan C.F.WINTER : Mayu berarti : memperindah ;  Hayu = bagus, baik, indah ;  Buwono = dunia. Jadi menurut saya Mamayu Hayuning Buwono berarti kita berkewajiban untuk selalu membenarkan dan mengindahkan, memperbaiki / memperindah dan melestarikan hidup dan penghidupan yang serba baik dan indah, segala isinya bumi. Atau MEMAYU HAYUNING BAWONO ini saya terjemahkan dengan kata-kata sederhana yaitu Memperindah indahnya dunia. Dunia ini kan sudah indah,maka hendaknya janganlah dikotori dengan perbuatan yang neko-neko, terlebih-lebih merusak.
Dalam dunia pewayangan MEMAYU HAYUNING BAWONO ini merupakan sublimasi dari ajaran utama di dalam kehidupan manusia yang disebut dengan “HASTA BRATA”.
Adapun HASTA BRATA ini mempunyai watak (sifat) 8 macam yang dipakai sebagai acuan tentang bagaimana seharusnya orang berperilaku utama, antara lain sbb :
  1. WATAK MATAHARI : Matahari mempunyai sifat panas, penuh energi dan pemberi daya hidup. Artinya : bahwa setiap umat terlebih-lebih tokoh atau pimpinan tak terkecuali tokoh agama, harus dapat berfungsi laksana matahari yaitu dapat memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan atau kepada anak buah yang dipimpinnya.
  2. WATAK BULAN : Bulan mempunyai wujud indah dan menerangi dalam kegelapan. Artinya : bahwa kita harus dapat berfungsi laksana bulan yaitu dapat menyenangkan dan memberi terang dalam kegelapan bagi mereka yang membutuhkan.
  3. WATAK BINTANG : Bintang mempunyai bentuk yang indah dan menjadi hiasan diwaktu malam yang sunyi serta mempunyai sifat menjadi kompas pedoman bagi mereka yang kehilangan arah. Artinya : bahwa kita harus dapat berfungsi laksana bintang yaitu bertaqwa dan dapat menjadi contoh tauladan serta dapat menjadi pedoman (panutan) bagi anak buahnya, dapat menjadi kompas (petunjuk arah) bagi mereka yang membutuhkan.
  4. WATAK ANGIN : Angin mempunyai sifat mengisi setiap ruangan yang kosong walaupun tempat rumit sekalipun. Artinya : kita harus dapat berfungsi laksana angin yaitu dapat melakukan tindakan yang teliti, cermat, mau berincoqnito/turun kelapangan untuk menyelami kehidupan masyarakat bawah.
  5. WATAK MENDUNG : Mendung mempunyai sifat menakutkan (wibawa) tetapi sesudah menjadi air (hujan) dapat menghidupkan segala yang tumbuh. Artinya : bahwa kita harus dapat berfungsi laksana mendung yaitu berwibawa tetapi dalam tindakannya harus dapat memberi manfaat bagi sesamanya.
  6. WATAK API : Api mempunyai sifat tegak dan sanggup membakar apa saja yang bersentuhan dengannya. Artinya : kita harus dapat berfungsi laksana api yaitu dpat bertindak tegas, bertindak adil, mempunyai prinsip tanpa pandang bulu.
  7. WATAK SAMUDRA : Samudra mempunyai sifat luas, rata, berbobot. Artinya : kita harus dapat berfungsi laksana samudra yaitu mempunyai pandangan yang luas, rata dan sanggup menerima persoalan apapun dan tidak boleh membenci terhadap sesame.
  8. WATAK BUMI : Bumi mempunyai sifat sentosa dan suci. Artinya : kita harus dapat berfungsi laksana bumi yaitu sentosa budinya dan jujur serta mau memberi anugerah kepada siapa saja yang telah berjasa terhadap tanah air dan bangsa.
Demikianlah kedelapan azas dalam “HASTA BRATA” yang mempunyai makna bahwa setiap orang/pimpinan apabila tidak melaksanakan HASTA BRATA berarti pimpinan yang tidak bermahkota. Tetapi sebaliknya walaupun rakyat jelata namun dalam hidupnya melaksanakan 8 azas HASTA BRATA ini berarti Manusia Yang Bermahkota (Berbudi Luhur).
Ajaran Hasta Brata dalam serat Ajipamasa:
Ø  Watak Surya (Srengenge) : Sareh sabareng karsa, rereh ririh ing pangarah.
Ø  Watak Candra (Rembulan) : Noraga met prana, sareh sumeh ing netya, alusing budi jatmika, prabawa sreping bawana.
Ø  Watak Sudama (Lintang) : Lana susila santosa, pengkuh lan kengguh andriya. Nora lerenging ngubaya, datan lemeren ing ngarsa. Pitayan tan samudana, setya tuhu ing wacana, asring umasung wasita. Sabda pandhita ratu tan kena wola wali.
Ø  Watak Maruta (Angin) : Teliti setiti ngati-ati, dhemen amariksa tumindake punggawa kanthi cara alus.
Ø  Watak Mendhung : Bener sajroning paring ganjaran jejeg lan adil paring paukuman.
Ø  Watak Dahana (Geni) : Dhemen reresik regeting bawana. Kang arungkut kababadan, kang apeteng pinadhangan.
Ø  Watak Tirta (Banyu/samodra) : Tansah paring pangapura, adil paramarta. Basa angenaki krama tumraping kawula.
Ø  Watak Pratala (Bumi) : Tansah adedana lan karem paring bebungah marang kawula.
Disini saya contohkan sebagai tokoh wayang yang buruk parasnya, perut buncit, kakinya pendek, kepalanya besar dan gundul, kulitnya hitam, matanya menonjol, siapakah dia? Dialah yang bernama “SUKROSONO” Tetapi Tuhan Maha Adil dibalik wajah dan segalanya yang serba buruk itu terpancar daya tarik yang membuat setiap orang asih kepadanya BURUK LAHIRIAHNYA, TETAPI BERSIH BATINNYA, POLOS DAN APA ADANYA.
Ada satu contoh lagi yaitu MAHA PATIH SUWONDO dari Mahespati, terkenal dengan sebutan : “NUHONI TRAH UTOMO” menepati janji utama.
Oleh karena itu kami mengajak kepada seluruh masyarakat agar kita tidak terseret arus perkembangan zaman yang bersifat hedonistic, hanya mengejar kepuasan bahwa nafsu semata. Sebab kalau kita sampai terseret arus perkembangan ini, pasti bukan kebahagiaan yang kita dapatkan, melainkan kenestapaan dan kehancuran yang kita jumpai. Karena kepuasan hawa nafsu itu hanya relative dan bersifat sesaat. Puas sebentar kemudian muncul keinginan yang lain lagi dan begitu seterusnya. Tak ada kepuasan hawa nafsu yang bertahan lama.
Sedangkan Islam mengajarkan kepada kita agar memiliki jiwa yang tenang, hati yang tenteram dan pribadi yang istiqomah. Jiwa, hati dan pribadi seperti ini hanya dapat diperoleh melalui dzikrullah : ala bidzikirllahi tatma’innulqulub. Karena itulah, mudah-mudahan melalui majelis-majelis dzikir jiwa kita yang sering gelisah akan menjadi tenang, hati kita yang sering resah akan menjadi tenteram dan pribadi kita yang sering tak terkendali akan menjadi istiqomah dalam keimanan dan ketaqwaan. Amin…amin ya robbal alamin.  
Terkait dengan pemilihan umum nanti, minimal kita tidak keliru dan terjebak dalam memilih siapa wakil rakyat dan siapa presiden dan wapres kita nanti? Jika kita salah dan tidak cermat dalam memilih, maka kita akan menjadi qurban dari pemimpin dan kepemimpinan yang kita pilih untuk lima tahun kedepan. Sebab itu perlu dihindari pengurbanan idealisme hanya karena uang atau jabatan yang diberikan maupun yang dijanjikan. Sogok menyogok dalam hal-hal yang kecil maupun yang besar apalagi urusan besar menentukan wakil rakyat, pemimpin dan kepemimpinan nasional harus benar-benar cermat, dihindari dan dijauhkan dari hal-hal seperti tsb diatas (money politic). Arrasyi walmurtasyi finnaar yang menyogok dan yang disogok neraka tempatnya.
Pemimpin dan kepemimpinan yang terbentuk akibat proses yang tidak sehat tentu akan menimbulkan pemimpin dan kepemimpinan yang tidak barokah. Pemimpin dan kepemimpinan yang tidak barokah akan ditandai dengan adanya korupsi besar-besaran yang terjadi di negeri ini. Munculnya bencana alam yang bertubi-tubi. Timbulnya pemutusan hubungan kerja besar-besaran diberbagai sector merupakan akibat dari system keuangan nasional dan global yang masih sangat bersahabat dekat dan berbau riba. Berbagai macam kondisi buruk tersebut ujung-ujungnya adalah menimbulkan kesulitan-kesulitan baru bagi kehidupan warga masyarakat secara meluas. Oleh sebab itu janganlah semata-mata menyalahkan mereka yang sudah terpilih dengan proses yang tidak sehat tadi. Apabila kita menunjuk jari kita kepada orang lain maka tiga jari yang lain menunjuk pad kita sendiri. Jadi sadarlah bahwa untuk kesemua itu kitalah juga yang menjadi penyebabnya. Pertanyaannya : sampai kapan kita akan bertahan dan mempertahankan kekeliruan sikap dan pilihan-pilihan yang salah sehingga selalu menimbulkan kesulitan-kesulitan baru atau keterpurukan. Sampai kapan kita bisa mengakhiri sejarah hidup yang tidak barokah ini ? Bagaimana langkah-langkah nyata untuk menghentikan berbagai macam kondisi buruk ini ?
Barangkali disana ada jawaban,                                          Ebiet G Ade
Mengapa di tanahku terjadi bencana,
Mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita,
yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa,
atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita,
coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.
Untuk mengupayakan dan meminimalkan warga masyarakat yang menjadi kurban system pengelolaan Negara ini bisa dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama harus ditumbuhkan kesadaran bahwa kita terlalu sering salah dalam melangkah dan menentukan pilihan-pilihan dalam hidup ini. Kesalahan itu tentu terjadi karena adanya ketidakmampuan memahami persoalan yang dihadapi. Ketidakmampuan memahami persoalan disebabkan oleh tidak adanya ilmu yang cukup pada diri masing-masing warga pada umumnya. Sebab itu sebagai langkah berikutnya, kita harus secara serempak dan kompak mengusahakan peningkatan keilmuan dan pemahaman warga atas persoalan yang dihadapi tersebut. Berbagai macam pertemuan yang sifat dan fungsinya meningkatkan keilmuan warga harus dilakukan terus menerus dan terarah. Al’ilmu miftahul jannah, ilmu itu sebagai kuncinya untuk mendapatkan surga. Untuk mendapakan surganya birokrasi dan kepemimpinan yang baik, kita harus memiliki pemimpin dan kepemimpinan yang baik. Caranya lakukan dalam pemilu nanti dengan sikap yang bijak dan tegas didasari pemahaman yang kuat dan informasi yang akurat, sehingga kita tidak salah pilih.
Demikian kira-kira apa yang dapat kami sampaikan disini semoga dapat bermanfaat dan dapat menjadi bahan renungan serta bahan introspeksi / mawas diri guna menemukan kearifan-kearifan yang relevan bagi masa kini untuk menjawab tantangan-tantangan yang kita hadapi bagi masa depan didalam meniti karier untuk selalu meraih kehidupan yang lebih baik.


(Sudah dimuat di Koran Harian Kedaulatan Rakyat, Minggu Pon, 25 Januari 2009)




                                 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar