Sampai dengan
usianya yang hingga kini mencapai hampir 68 tahun (lahir 8 Januari 1944), Kanjeng
Pangeran Haryo Haji (KPHH) Anglingkusumo sudah menjalani hidup
berimbang sejak muda. Untuk menjaga kesehatan fisik, mental dan mengasah
sportivitas, Kanjeng Angling – begitu akrab disapa – aktif di bidang olahraga.
Sebagai atelit
panahan, Kanjeng Angling pernah menjadi delegasi Indonesia dalam tim Panahan
Nasional pada Kejuaran Dunia di Swedia tahun 1965. Pernah juga menjadi pelatih
Olahraga Panahan di IKIP thun 1983 – 1984. Sampai kini, Kanjeng Angling masih
dipercaya sebagai Penasehat Perpani (Persatuan Pemanah Indonesia) DIY.
Olahraga Menembak
juga pernah ditekuninya. Kanjeng Angling memperoleh penghargaan 20 medali emas,
perak dan perunggu dari cabang olahraga Panahan dan menembak tingkat Daerah dan
Nasional.
Olahraga sepeda
juga ditekuninya justru setelah Kanjeng Angling menginjak usia 50 tahun.
Bersepeda nbukan hanya sekkedan pengisi waktu di kala libur, melainkan lebih
dari itu, juga menawarkan olahraga pembakar lemak yang efektif serta rekreasi.
Untuk menyalurkan
jiwa seninya, Kanjeng Angling sejak muda aktif sebagai profesional dunia
fotografi. Ini terbukti, hampir 20 tahun lamanya sampai dengan tahun 1994,
Kanjeng Angling dipercaya sebagai Ketua Himpunan Seni Foto Amatir (HISFA)
Yogyakarta. Dan sampai sekarang masih duduk sebagai penasehat.
Seiring dengan
bertambahnya usia, Kanjeng Angling terus menekuni berbagai bidang yang langsung
dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Di tahun 1979 mendirikan Yayasan
Notokusumo yang bergerak di bidang pendidikan tinggi Keperawatan dan
Administrasi Negara. Bidang kesehatan pun ditekuninya. Kanjeng Angling adalah
salah seorang pendiri Rumah Sakit Ludira Husada Tama Yogyakarta.
Kecintaannya
terhadap peninggalan budaya leluhur diujudkan dengan ketekunannya mengelola
Museum Pura Pakualaman.
Banyak hal bisa
dilakukan secara bersamaan. Kanjeng memilih berwiraswasta. Sebagai putra
seorang Wakil Gubernur pastilah mudah untuk menjadi PNS. Tapi lain dengan
kanjeng Angling. Berbisnis sebagai agen Pertamina serta pemborong bangunan dan
jasa konstruksi menjadikan Kanjeng Angling berkiprah lebih leluasa.
Ketajaman di
bidang ajaran luhur Pura Pakualamanpun terus diasahnya. Dalam berbagai tulisannya,
Kanjeng Angling menyebutkan, Paku Alam V adalah peletak dasar intelektualisasi
Dinasti Paku Alam yang mendorong putra-putra PA beserta sentana Paku Alam untuk
menempuh studi di perguruan yang maju bahkan sampai ke luar negeri. PA V
berpandangan bahwa pembentukan intelektual itu merupakan kebutuhan mendesak dan
mendasar.
Disebutkan
Kanjeng Anglingkusumo, dalam alam perjuangan melawan penjajahan Belanda tempo
dulu, nama-nama seperti Kusumoyudo, Notosuroto, Notodiningrat dan Soerjopranoto.
Bahkan yang paling terkenal dalam pergerakan kebangsaan adalah dari dinasti
Pakualaman, yakni Suwardi Soerjaningrat yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar
Dewantara.
Dua yang terakhir
telah mampu menggoncangkan kolonial. Soerjopranoto lewat SI dan Sarikat Buruhnya,
sedangkan Ki Hajar lewat Indische Partij, Komite Bumi Putera dan Tamansiswa
sebagai tempat pergerakannya.
Menurut Kanjeng
Angling, selain sebagai Pendidik, Sri Paku Alam V juga sebagai seorang ekonom
yang membenahi ketidakseimbangan keadaan negeri Pakualaman. Sementara itu,
ketokohan Soewardi Soerjoningrat sebagai cucu Sri Paku Alam III nampak nyata
sekali pada waktu bersama-sama dengan Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo
memimpin Indische Partij. Pergerakan ini diam-diam didukung oleh Sri Paku Alam
VII. Karena Sri Paku Alam sadar bahwa perjuang itu untuk menumbuhkan semangat
kebangsaan bagi seluruh rakyat yang masih terjajah.
Kanjeng
Anglingkusumo tergerak untuk menekuni dunia pendidikan dikarenakan mengikuti
jejak pendahulunya. Pangeran Notodiprodjo, putra Sri Paku Alam V dengan
kesadarannya mendirikan Yayasan Beasiswa Darmoworo guna membiayai dan membantu
orang-orang Jawa yang ingin melanjurkan studi ke Eropa.
Sebagai sosok
yang berwirausaha penuh serta terjun langsung membidani lahirnya perguruan
tinggi swasta mampu menginspirasi seorang mantan Fungsionaris Koperasi
Mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga (sekarang UIN) tahun 1998 – 2001, Ahmad Baihaki
AM.
Ahmad
menyebutkan, penekanan Kanjeng Angling terhadap gerakan moral dengan strategi
kultural merupakan ciri beliau. Kata Baihaki:”Belaiau cukup smart, analisis
tajam, detail tapi sangat komprehensif dalam pengambilan keputusan. Dimenasi
spiritual wirausaha menjadikan beliau sebagai entrepreneur yang bisa menjadi
suri tauladan umat.”
Profesor Dr Amri Yahya
(alm) pernah membuat catatan bahwa KPH Anglingkusumo adalah satu-satunya
keturunan langsung alm. Paku Alam VIII yang memiliki kepedulian tinggi terhadap
dunia pendidikan, seni dan budaya.
Dan kepedulian
seperti itu sangat dibutuhkan bila sebiuah dinasti akan tetap menjadi bagian
dari masyarakat modern. Bahkan Prof Amri Yahya waktu itu menegaskan, banyak
kegiaatan Pak Angling maupun Bu Angling yang terdokumentasi di media cetak
maupun elektronik.
Amri Yahya pun
waktu itu mengingatkan. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:”Serahkan
pada ahlinya, kalau tidak, tunggu kehancurannya.” Bahkan Prof Amri telah lama
meneropongDinasti Pakualaman. Banyakkah kegiatan seni dan budaya melalui pentas
dan pameran-pameran yang digelar di Bangsal Pakualaman? Kalau ternyata jumlah
event yang digelar sangat kurang, itu namanya pemimpin dinasti yang hanya mampu
memimpin kerabat Pakualaman. Padahal yang dibutuhkan seorang pemimpin Wangsa
lebih dari itu. Kepedulian yang tinggi terhadap seni, budaya dan pendidikan dimiliki
sosok Kanjeng Anglingkusumo.
Seniman gaek
Azwar AN (68 tahun) yang saat ini menjabat sebagai Ketua Bidang Seni dan Budaya
Keluarga Minangkabau Yogyakarta mengenal sosok Kanjeng Angling sebagai seorang
bangsawan yang berjiwa kerakyatan. “Pak Anglingitu sosok keluarga ningrat dari
Pakualaman yang supel dan selalu berperhatian terhadap lawan bicara, meskipun
yang mengajak bicara itu rakyat biasa”.
Tambah Azwar
lagi:”Saya lebih terkesan lagi dengan Pak Angling karena perhatiannya terhadap
dunia seni dan budaya. Hampir semua karya seni tradisi sampai modern
diperhatikan secara cermat. Bahkan beliau menguasai dunia fotografi.”
Di mata Azwar AN,
KPH Anglingkusumo telah berhasil mendidik dan menempatkan istrinya. Di era
gender seperti saat ini, Ir. KRAy. Murwengdyah Anglingkusumo SPd, M.Eng. yang
berpendidikan modern itu tetap dapat menempatkan diri selaku istri yang tut
wuri. Bahkan, Bu Angling juga sangat conceren terhadap pengembangan seni dan
budaya di dalam dinasti Pakualaman serta di tempat lain.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar