Kamis, 19 Juli 2012

Mengenal lebih dekat Romo Angling



Sampai dengan usianya yang hingga kini mencapai hampir 68 tahun (lahir 8 Januari 1944), Kanjeng Pangeran Haryo Haji (KPHH) Anglingkusumo sudah menjalani hidup berimbang sejak muda. Untuk menjaga kesehatan fisik, mental dan mengasah sportivitas, Kanjeng Angling – begitu akrab disapa – aktif di bidang olahraga.

Sebagai atelit panahan, Kanjeng Angling pernah menjadi delegasi Indonesia dalam tim Panahan Nasional pada Kejuaran Dunia di Swedia tahun 1965. Pernah juga menjadi pelatih Olahraga Panahan di IKIP thun 1983 – 1984. Sampai kini, Kanjeng Angling masih dipercaya sebagai Penasehat Perpani (Persatuan Pemanah Indonesia) DIY.
Olahraga Menembak juga pernah ditekuninya. Kanjeng Angling memperoleh penghargaan 20 medali emas, perak dan perunggu dari cabang olahraga Panahan dan menembak tingkat Daerah dan Nasional.

Olahraga sepeda juga ditekuninya justru setelah Kanjeng Angling menginjak usia 50 tahun. Bersepeda nbukan hanya sekkedan pengisi waktu di kala libur, melainkan lebih dari itu, juga menawarkan olahraga pembakar lemak yang efektif serta rekreasi.

Untuk menyalurkan jiwa seninya, Kanjeng Angling sejak muda aktif sebagai profesional dunia fotografi. Ini terbukti, hampir 20 tahun lamanya sampai dengan tahun 1994, Kanjeng Angling dipercaya sebagai Ketua Himpunan Seni Foto Amatir (HISFA) Yogyakarta. Dan sampai sekarang masih duduk sebagai penasehat.

Seiring dengan bertambahnya usia, Kanjeng Angling terus menekuni berbagai bidang yang langsung dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Di tahun 1979 mendirikan Yayasan Notokusumo yang bergerak di bidang pendidikan tinggi Keperawatan dan Administrasi Negara. Bidang kesehatan pun ditekuninya. Kanjeng Angling adalah salah seorang pendiri Rumah Sakit Ludira Husada Tama Yogyakarta.
Kecintaannya terhadap peninggalan budaya leluhur diujudkan dengan ketekunannya mengelola Museum Pura Pakualaman.

Banyak hal bisa dilakukan secara bersamaan. Kanjeng memilih berwiraswasta. Sebagai putra seorang Wakil Gubernur pastilah mudah untuk menjadi PNS. Tapi lain dengan kanjeng Angling. Berbisnis sebagai agen Pertamina serta pemborong bangunan dan jasa konstruksi menjadikan Kanjeng Angling berkiprah  lebih leluasa.

Ketajaman di bidang ajaran luhur Pura Pakualamanpun terus diasahnya. Dalam berbagai tulisannya, Kanjeng Angling menyebutkan, Paku Alam V adalah peletak dasar intelektualisasi Dinasti Paku Alam yang mendorong putra-putra PA beserta sentana Paku Alam untuk menempuh studi di perguruan yang maju bahkan sampai ke luar negeri. PA V berpandangan bahwa pembentukan intelektual itu merupakan kebutuhan mendesak dan mendasar.

Disebutkan Kanjeng Anglingkusumo, dalam alam perjuangan melawan penjajahan Belanda tempo dulu, nama-nama seperti Kusumoyudo, Notosuroto, Notodiningrat dan Soerjopranoto. Bahkan yang paling terkenal dalam pergerakan kebangsaan adalah dari dinasti Pakualaman, yakni Suwardi Soerjaningrat yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. 

Dua yang terakhir telah mampu menggoncangkan kolonial. Soerjopranoto lewat SI dan Sarikat Buruhnya, sedangkan Ki Hajar lewat Indische Partij, Komite Bumi Putera dan Tamansiswa sebagai tempat pergerakannya.

Menurut Kanjeng Angling, selain sebagai Pendidik, Sri Paku Alam V juga sebagai seorang ekonom yang membenahi ketidakseimbangan keadaan negeri Pakualaman. Sementara itu, ketokohan Soewardi Soerjoningrat sebagai cucu Sri Paku Alam III nampak nyata sekali pada waktu bersama-sama dengan Douwes Dekker dan Cipto Mangunkusumo memimpin Indische Partij. Pergerakan ini diam-diam didukung oleh Sri Paku Alam VII. Karena Sri Paku Alam sadar bahwa perjuang itu untuk menumbuhkan semangat kebangsaan bagi seluruh rakyat yang masih terjajah.

Kanjeng Anglingkusumo tergerak untuk menekuni dunia pendidikan dikarenakan mengikuti jejak pendahulunya. Pangeran Notodiprodjo, putra Sri Paku Alam V dengan kesadarannya mendirikan Yayasan Beasiswa Darmoworo guna membiayai dan membantu orang-orang Jawa yang ingin melanjurkan studi ke Eropa.

Sebagai sosok yang berwirausaha penuh serta terjun langsung membidani lahirnya perguruan tinggi swasta mampu menginspirasi seorang mantan Fungsionaris Koperasi Mahasiswa IAIN Sunan Kalijaga (sekarang UIN) tahun 1998 – 2001, Ahmad Baihaki AM.

Ahmad menyebutkan, penekanan Kanjeng Angling terhadap gerakan moral dengan strategi kultural merupakan ciri beliau. Kata Baihaki:”Belaiau cukup smart, analisis tajam, detail tapi sangat komprehensif dalam pengambilan keputusan. Dimenasi spiritual wirausaha menjadikan beliau sebagai entrepreneur yang bisa menjadi suri tauladan umat.”

Profesor Dr Amri Yahya (alm) pernah membuat catatan bahwa KPH Anglingkusumo adalah satu-satunya keturunan langsung alm. Paku Alam VIII yang memiliki kepedulian tinggi terhadap dunia pendidikan, seni dan budaya.
Dan kepedulian seperti itu sangat dibutuhkan bila sebiuah dinasti akan tetap menjadi bagian dari masyarakat modern. Bahkan Prof Amri Yahya waktu itu menegaskan, banyak kegiaatan Pak Angling maupun Bu Angling yang terdokumentasi di media cetak maupun elektronik.

Amri Yahya pun waktu itu mengingatkan. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:”Serahkan pada ahlinya, kalau tidak, tunggu kehancurannya.” Bahkan Prof Amri telah lama meneropongDinasti Pakualaman. Banyakkah kegiatan seni dan budaya melalui pentas dan pameran-pameran yang digelar di Bangsal Pakualaman? Kalau ternyata jumlah event yang digelar sangat kurang, itu namanya pemimpin dinasti yang hanya mampu memimpin kerabat Pakualaman. Padahal yang dibutuhkan seorang pemimpin Wangsa lebih dari itu. Kepedulian yang tinggi terhadap seni, budaya dan pendidikan dimiliki sosok Kanjeng Anglingkusumo.

Seniman gaek Azwar AN (68 tahun) yang saat ini menjabat sebagai Ketua Bidang Seni dan Budaya Keluarga Minangkabau Yogyakarta mengenal sosok Kanjeng Angling sebagai seorang bangsawan yang berjiwa kerakyatan. “Pak Anglingitu sosok keluarga ningrat dari Pakualaman yang supel dan selalu berperhatian terhadap lawan bicara, meskipun yang mengajak bicara itu rakyat biasa”.
Tambah Azwar lagi:”Saya lebih terkesan lagi dengan Pak Angling karena perhatiannya terhadap dunia seni dan budaya. Hampir semua karya seni tradisi sampai modern diperhatikan secara cermat. Bahkan beliau menguasai dunia fotografi.”

Di mata Azwar AN, KPH Anglingkusumo telah berhasil mendidik dan menempatkan istrinya. Di era gender seperti saat ini, Ir. KRAy. Murwengdyah Anglingkusumo SPd, M.Eng. yang berpendidikan modern itu tetap dapat menempatkan diri selaku istri yang tut wuri. Bahkan, Bu Angling juga sangat conceren terhadap pengembangan seni dan budaya di dalam dinasti Pakualaman serta di tempat lain.***














Tidak ada komentar:

Posting Komentar